PELATIHAN BUDIDAYA MAGGOT BSF SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK DAPUR
Melalui dukungan program Revive Citarum, komunitas lingkungan di Desa Bojongsari terus melakukan upaya pengelolaan sampah dengan berbagai strategi. Sebelumnya 4 kelompok masyarakat peduli lingkungan telah memulai kegiatan untuk mengelola sampah menjadi kompos dan pupuk organic cair. Namun volume sampah organic yang demikian besar di Desa Bojongsari memerlukan banyak model pengelolaan agar dapat terserap dan tidak berakhir di pembakaran dan menyebabkan polusi udara. Salah satu model pengelolaan sampah organik yang ingin diterapkan di RW 17 Desa Bojongsari adalah pemanfaatan maggot sebagai pengurai. Maggot BSF (black soldier fly) adalah jenis serangga kecil yang memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan sekaligus bisa membantu mengurai sampah organic secara lebih cepat. Pemanfaatan maggot BSF yang memiliki kandungan protein tinggi ini bisa untuk pakan ikan dan unggas.
Budidaya Maggot BSF sudah mulai dikenal oleh banyak orang karena manfaatnya sebagai agen biokonversi yang bisa mengurangi limbah organik dan juga memberi nilai tambah ekonomi. Sebagai sebuah upaya kreatif untuk mengurangi volume sampah sekaligus memberikan dampak ekonomi, komunitas di RW 17 dengan didampingi Revive Citarum Program – Green Initiatif Foundation (GIF) memulai pemanfaatan maggot BSF dengan melaksanakan pelatihan terlebih dahulu. Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 25 sampai dengan tanggal 26 Agustus 2020 di Kampung Cijeruk RW 17 Desa Bojongsari yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan komunitas dalam melakukan pengolahan sampah, khususnya sampah organik dapur. Peserta yang terlibat berasal dari 4 kelompok dampingan program Revive Citarum, yakni RT 17 (10 orang) RT 09 (2 orang) RT 20 (1 orang) RT 12 ( 3 orang) serta beberapa orang dari komunitas yang ada di Kecamatan Bojongsoang.

Karena masih dalam situasi Pandemi Covid 19, Kegiatan ini tentu saja mematuhi aturan dan protocol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan dibuka oleh Dudi Andre, staff lapangan program Revive Citarum, dilanjutkan dengan sambutan dari H. Ade yang merupakan tokoh setempat. Dalam sambutannya beliau berpesan bahwa kegiatan pengelolaan sampah sebagai upaya perbaikan lingkungan ini merupakan investasi jangka panjang, yang nantinya akan dirasakan oleh generasi selanjutnya. Kemudian diikuti oleh Ferry HS selaku direktur dari GIF yang menyampaikan mengenai aturan protokoler kesehatan di masa pandemic. Pelatihan ini difasilitasi oleh Kang Ardhi dan Pak Aan dari Paguyuban Pegiat Maggot (PPM).

Kegiatan pelatihan ini berlangsung selama dua hari. Pada hari pertama narasumber memberikan materi pengenalan tentang Maggot BSF, dimulai dari perbedaan antara maggot BSF dengan maggot lain, lalu identifikasi sampah yang menjadi pakan maggot, yang selanjutnya disebut sebagai Sampah Organik Dapur, disusul dengan potensi maggot yang sangat cocok dijadikan solusi alternatif pengolahan sampah organik dapur hingga ke potensi bisnis yang bisa dilakukan dari budidaya Maggot BSF ini.
Dalam pemaparannya Kang Ardhi menyebutkan selain bisa dijadikan alternatif untuk masalah sampah organik terutama sampah organik dapur, maggot BSF juga sangat kaya akan protein sehingga cocok digunakan sebagai substitusi pakan ternak seperti unggas dan ikan. Jadi selain tujuan utama untuk membuat lingkungan menjadi bersih, kegiatan budidaya maggot BSF ini juga bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi pelakunya.
Pada hari kedua peserta melakukan praktek sederhana mengenai cara budidaya maggot BSF. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok kemudian tiap kelompok diberi satu buah kotak yang diisi dengan sampah organik dapur yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudia dalam kotak yang telah diisi sampah organik dapur tersebut diletakan telur lalat BSF masing-masing sebanyak 1 gram. Telur ini yang nantinya akan menetas dan menjadi larva atau maggot BSF untuk siap dipanen.
Kegiatan pelatihan ini tidak hanya berhenti pada dua hari itu saja, namun dilakukan pendampingan selama 1 periode panen kepada peserta. GIF meminta kepada Ardhi dan PPM untuk melakukan pendampingan pada komunitas sampai satu kali siklus hidup lalat BSF, sampai nanti akhirnya warga komunitas bisa secara mandiri untuk melakukan budidaya maggot BSF.


-rfa-